MENGULANG KISAH LAMA
Sudah lama rasanya kisah itu terjadi, yang paling terasa adalah dulu saat awal-awal al-Burhan mulai
babat alas di lahan yang baru dibebaskan yang berlokasi di ‘pedalaman’ Kelurahan Gedawang
Banyumanik Semarang. Saat itu rasa-rasanya tiada hari yang dilalui tanpa kerja bakti. Kerja bakti babat
rumput dan alang-alang, kerja bakti bikin barak penampungan santri awal, kerja bakti bikin masjid
sebagai bangunan permanen pertama di lokasi pesantren dan seterusnya.. dan seterusnya.
Saat itu tidak peduli santri besar santri kecil, tidak peduli ustadz nya, tidak peduli pengurus yayasan,
semua berbaur bersatu bahu membahu bersama-sama turba kerja bakti. Badan boleh pegal-pegal, fisik
boleh loyo kecapekan, otot dan urat boleh tegang, tapi semua terasa seperti menguap dihempas oleh
perasaan gembira dan bahagia dalam kebersamaan.
Memang tidak sepenuhnya hilang kultur kerja bakti di pesantren yang dikelola oleh Yayasan al-Burhan,
hanya saja dalam perkembangannya model dan pola kerja bakti nya lebih bersifat khusus secara
terprogram, yakni masuk dalam jadwal kegiatan dan piket harian santri. Untuk kerja bakti dalam
pengertian besar-besaran dan bersifat massal sudah jarang dilakukan, maklum seiring dengan tuntutan
kondisi amanah masing-masing bagian yang menuntut profesionalisme kadang tidak mudah
merealisasikan model-model kegiatan yang bersifat massal. Pekerjaan-pekerjaan fisik semacam proyek
pembangunan gedung dan semacamnya lebih banyak diserahkan kepada tukang bangunan sepenuhnya.
Dan akhirnya tiba lah hari itu, hari dimana kisah lama yang indah terulang lagi. Tepatnya hari Sabtu
tanggal 23 April 2020, hari dimana semua santri dan pengasuh beserta pengurus yayasan bahkan
pengawas yayasan ‘turun gunung’ bersama-sama kerja bakti berbaur dengan tukang bangunan ngecor
dak untuk pengembangan asrama santri putra. Tak terbayang betapa riuh, gembira dan bahagianya bisa
menghadirkan kembali kisah lama yang indah. Capek, pegal dan linu badan seperti tidak mendapat
tempat saat hati dan pikiran diliputi kegembiraan dan kebahagiaan.
Akhirnya pekerjaan yang mungkin selesainya membutuhkan waktu hingga malam hari karena dikerjakan
manual, namun dengan gotong royong kerja bakti cukup dilakukan setengah hari saja. Bukan Cuma
hemat waktu dan biaya yang dicari, tapi tumbuhnya spirit kebersamaan itu yang terasa mahal.
Mudah2an kisah lama ini tidak hanya berhenti sampai disini, tapi juga di hari nanti. Atas dukungan
ummat selama ini dalam menyukseskan program-program yayasan kami sampaikan terima kasih.
Semoga oleh Allah dicatat sebagai amal sholeh dan menjadi pembuka pintu berkah. Amiin.
(AS/al-Burhan).
